Meningkatkan Efektivitas di Dunia Kerja Melalui Pemahaman Diri
Dalam keseharian tak jarang kita terlibat dalam pembicaraan tentang prestasi seorang rekan di tempatnya bekerja. Biasanya pembicaraan tersebut kemudian berujung pada gaya bekerja rekan tersebut hubungannya dengan prestasi yang diperoleh. Tak jarang pula kemudian berkembang menjadi pembahasan yang cukup serius tentang karakternya dalam bekerja. Beberapa mungkin berpendapat bahwa keberuntungan sedang menyertai sang penerima prestasi. Sementara sebagian yang lain ada pula yang menganggap bahwa karakter rekan tersebutlah penyebabnya. Dan yang terakhir namun nyaris tak pernah luput dari pembicaraan adalah tentang seberapa banyak atau luas jangkauan pertemanan (jejaring) yang ia miliki. Seberapa besar pengaruh jejaring tersebut terhadap prestasi yang ia raih? Mana yang lebih penting sebagai jembatan menuju prestasi di tempat kerja, jejaring atau kapabilitas yang kerap dikaitkan dengan tingkat intelejensia tersebut?
Dikutip dari artikel yang ditulis oleh Akhmad Sudrajat tentang Kemampuan Individu (Bakat dan Kecerdasan), Kemampuan Individu pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu: kemampuan nyata (actual ability) dan kemampuan potensial (potential ability). Kemampuan nyata diperoleh memalui belajar yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji. Kemampuan potensial adalah kemampuan yang terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan. Kemampuan potensial dibagi dalam dua kelompok yaitu kemampuan dasar umum (intelegensi atau kecerdasan) dan kemampuan dasar khusus (bakat). Dalam perkembangannya, Howard Gardner (1993) memperkenalkan teori multiple intelligence yang meliputi aspek-aspek seperti: Logical – Mathematical, Linguistic, Musical, Spatial, Bodily Kinesthetic, Interpersonal dan Intrapersonal.
Dalam membangun jejaring yang kuat, seseorang dituntut untuk mengembangkan paling tidak dua hal terakhir dari jenis multiple intelligence di atas, yaitu kemampuan Interpersonal yang berarti kemampuan mengamati dan merespons suasana hati, temperamen dan motivasi orang lain serta Intrapersonal yang berarti kemampuan memahami diri sendiri. Dalam hal ini memisahkan kemampuan mengembangkan jejaring dengan kapabilitas kemudian tidak lagi relevan. Alih-alih memisahkannya, kemampuan mengembangkan jejaring dapat dipahami lebih luas bukan hanya sebagai bonus atau hadiah yang diberikan pada mereka yang memperoleh kemampuan interpersonal dan intrapersonal secara keturunan, namun secara lebih luas sebagai sebuah kekuatan yang mampu dipelajari dalam hubungannya dengan peningkatan kapabilitas di dunia kerja. Dalam prosesnya, setiap orang tentu akan memiliki pengalamannya masing-masing. Bagi mereka yang telah memiliki kemampuan interpersonal dan intrapersonal sejak lahir, tentu akan lebih mudah. Lain halnya dengan mereka yang cenderung tertutup dan enggan membuka diri pada dunia luar. Yang terakhir mungkin akan beranggapan bahwa dirinya tak perlu meraih prestasi kerja dengan mengembangkan jejaring. Mereka biasanya memilih jenis pekerjaan yang tak banyak berhubungan dengan individu lain. Disarikan dari Quiet – The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking (2012) yang ditulis oleh Susan Cain, setiap individu, baik yang introvert maupun ekstrovert pada dasarnya memiliki kekuatannya sendiri dalam hubungannya dengan menjalin pertemanan dan menghadapi dunia luar. Sangat disayangkan bila hanya mereka yang ekstrovert yang dianggap mampu membangun jejaring dalam arti luas. Para introvert adalah pendengar yang baik. Dengan caranya sendiri mereka mampu mengembangkan jejaring dengan lebih efisien.
Memahami potensi diri dalam kaitannya dengan membangun jejaring yang berguna dalam peningkatan kapabilitas kerja kemudian menjadi lebih penting ketimbang menakar mana yang lebih utama, jejaring atau kapabilitas.
***
Ditulis oleh Nastiti
Click here for executive career opportunities or vacancies at Parrish & Co.